11/7/2022 0 Comments Irip 2.1.3![]() Penggunaan induk betina Bluesafir yang disilangkan dengan jantan Bastar memberikan efek heterosis positif yang signifikan untuk seluruh parameter karakter yang diukur. Persilangan induk betina Bluesafir dengan jantan Bastar menghasilakn nilai heterosis laju pertumbuhan spesifik karakter bobot dan panjang lebih tinggi dibanding persilangan Bastar dengan Bluesafir (66,9:4,8% dan 48,9:10,2%), demikian pula dengan heterosis karakter bobot dan panjang akhir (36,5:16,5% dan 9,6:6,4%). ![]() Nilai heterosis untuk seluruh parameter uji menunjukan hasil yang positif. Induk betina Bluesafir berpengaruh positif terhadap nilai rata-rata panjang, laju pertumbuhan spesifik panjang, rata-rata bobot akhir, dan laju pertumbuhan spesifik bobot, sedangkan induk betina Bastar pengaruhnya adalah negatif. Laju pertumbuhan spesfik bobot dan panjang benih tertinggi, dihasilkan dari induk betina dan jantan strain Bluesafir. ![]() ![]() Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa induk betina dan jantan strain Bastar yang digunakan, menghasilkan karakter bobot dan panjang akhir benih lebih tinggi dibanding induk starin Bluesafir. Empat populasi, terdiri atas dua strain true breed dan dua populasi resiprok dihasilkan dari pemijahan dua strain Bastar dan Bluesafir. Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Tambaksogra Kabupaten Banyumas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaan pengaruh induk dan nilai heterosis hasil persilangan dua strain ikan gurame. Persamaan persepsi tentu saja perlu dilakukan antar pemangku kepentingan terkait lama pemeliharaan atau fase hidup ikan untuk konsistensi pengkategorian ikan hasil budidaya atau penangkapan. Pemeliharaan di ruang/media budidaya dan akses panennya dikontrol oleh individu atau badan usaha dapat dikategorikan sebagai ikan budidaya. Dengan merujuk pada definisi Edwards dan Demaine (1997), jenis-jenis ikan tersebut yang telah mengalami masa Hal ini terutama terjadi untuk beberapa spesies ikan yang masing mengandalkan benih dari alam (napoleon dan kerapu). Pembedaan konsep antara perikanan budidaya dan tangkap ini masih menjadi bahan perbedaan pendapat di diskusi ruang-ruang akademis dan publik. Contoh kongkritnya adalah jika dalam suatu badan air, seperti waduk, ditebar dengan benih ikan budidaya dalam bentuk ranching yang hasilnya bisa diambil oleh siapa saja (open access), maka sistem ini dikategorikan sebagai perikanan tangkap dan bukan perikanan budidaya (Edwards dan Demaine, 1997). Definisi perikanan budidaya ini akan berubah arti menjadi perikanan tangkap jika produk akhir dari sistem tersebut atau panen dilakukan secara terbuka oleh masyarakat. Dalam perikanan budidaya, frase “individuĭan badan usaha” merujuk kepada perorangan atau badan usaha yang mengelola seluruh atau sebagian aktivitas pemeliharaan ikan dan sampai dengan memanen hasilnya. Kedua definisi ini secara jelas memisahkan perikanan budidaya dari perikanan tangkap melalui frase-frase “budidaya organisme air”, “lingkungan terkontrol”, dan “individu dan badan usaha”. Indonesia mengadopsi definisi FAO ini di mana padanan kata "akuakultur" adalah "budidaya ikan" yang didefinisikan sebagai “kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol termasuk kegiatan transportasi, penyimpanan, pengolahan, dan pengawetan (UU Perikanan No. Akuakultur secara global didefinisikan FAO sebagai “usaha budidaya organisme air termasuk ikan, moluska, krustasea, dan tanaman air secara terkontrol yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, dimiliki, dan diusahakan oleh individu atau badan usaha”. ![]()
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |